Hari ini sekitar pukul 16.30 sore hari, seorang laki-laki paruh baya usianya tiba tiba datang ke rumah kebetulan aku yang menyambut, ia tersenyum kepadaku sambil bertanya dan mencari ayahku. “ada” jawabku, aku memandang wajahnya sepertinya tak asing bagiku, aku pun menyuruh lelaki itu untuk masuk ke dalam lalu aku mencari ayah dikamarnya dan ternyata ayah sedang melaksanakan sembahayang, aku pun memberi tahu lelaki itu kalau ayah sedang shalat dan sekali lagi aku menyuruh lelaki tersebut masuk untuk duduk di dalam rumah namun ia tetap saja enggan masuk, ia lebih memilih berdiri di depan pintu rumahku sambil menunggu ayah.
Akhirnya ayah ku pun keluar dari kamar dan mempersilahkan lelaki tersebut masuk dan mempersilahkan duduk, ia pun menurut kepada ayahku. Aku pun pergi meninggalkan mereka di ruang tengah rumah, ternyata pertemuan aku dan lelaki paruh baya tersebut sudah yang ke 2 atau ke3 kalinya aku lupa karena aku jarang dirumah menjadi “orang terdidik” merantau di jakarta dan faktanya ia bukanlah saudara dari keluarga kami apalagi teman ayah. Aku pun tak sengaja sedikit banyak mendengar perbincangan ayahku dan lelaki paruh baya itu.
“Saya mempunyai teman pak yang selalu membantu saya disaat susah, saya enggan menerima bantuan teman saya namun dia tetap saja memaksa selalu membantu saya sehingga saya tak enak hati menerima bantuannya” kata lelaki paruh baya itu kepada ayahku. “Namun sekarang ini teman saya sedang susah dan saya ingin menolongnya namun saya tak mempunyai uang” lanjutnya.
Baru aku pahami rupa-rupanya kedatangan lelaki itu ialah dengan maksud meminta uang kepada ayahku. Ayah pun pergi ke dapur untuk berdiskusi kepada ibu tentang kedatangan lelaki tersebut, setelah itu ayah masuk ke kamar dan mengambil uang di dompetnya. Ayahku memberikan uang sebesar 50ribu rupiah kepada lelaki paruh baya tersebut, dan ia mengucapakan terima kasih pada ayah dan langsung pamit untuk pulang.
Dari ibu baru aku ingat dan tsadari kalau lelaki paruh baya tersebut memang sering kerumah minimal tiap sebulan sekali ia datang kerumah, tak kadang 2 minggu atau 3 minggu sekali. Ia datang ke rumah dengan hal yang sama yaitu meminta uang kepada ayahku. Pernah sewaktu waktu datang ke rumah namun ayah pergi yang ada hanya ibuku, lelaki paruh baya lalu bertanya pada ibu pergi kemanakah ayah. “Saya tidak tahu pak kemana perginya, saya hanya pembantu” jawab ibuku berkata bohong. (aku pun tertawa kecil mendengarnya) hha.
Yang saya herankan dari lelaki paruh baya tersebut adalah datang ke rumah dengan cerita yang berbeda dan ayahku tetap saja memberikan uang kepadanya dengan nilai yang berbeda. Aku yakin dan pasti ayah tidak percaya sepenuhnya dengan apa yang lelaki paruh baya itu ceritakan karena ayahku bukanlah orang yang bodoh. Mungkin aku dapat membaca pikiran ayahku sedikit yaitu karena ini adalah bulan ramadhan apa salahnya tetap memberi walaupun ceritanya hanya bohong belaka, itung itung bersedekah di bulan mulia ini.
Yah, semoga saja uang itu bermanfaat bagi lelaki paruh baya tersebut kataku dalam hati.
Kita lihat kapan kah lelaki tua paruh baya ini akan datang lagi, kita lihat beberapa minggu atau bulan yang akan datang. o.0
(Bandar Lampung, 29 Agustus 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar