Ciputat, 14 September 2011. Malam itu di dalam kamar kos, saya berhadapan dengan 2 orang layaknya intel polisi menginterogasi penjahat kelas kakap alias buronan teroris. Keduanya mengajukan banyak pertanyaan sambil tangan di kepal. “Jawab yang jujur! gertaknya, tiba-tiba seorang berkulit hitam mencekik leher ku sekali genggam seperti ingin meremas. Ia mencekik bersama jempol kukunya menusuk jakun ku laksana pisau tajam menekan bola karet air. Aku pun pucat putih dan sulit bernafas dibuatnya serta tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apalagi berteriak untuk meminta TOLONG! Sakitnya hampir mati aku dibuatnya.
*****
Saya tiba di kosan pukul 8 malam, aku pun menutup pintu kamarku. Tak lama kemudian seorang teman yg kamarnya berada di depan kamar saya mengetuk pintu kamar. “Za, ada yg nyari tuh di bawah” katanya. Aku pun lalu bergegas turun ke bawah hanya mengenakan kaos dan celana “boxer” karena kebetulan kosan saya berlantai 2. Saya pun mengintip dari setengah anak tangga dan terlihat 2 orang lelaki paruh baya ; mengenakan baju koko dan kopiah serta seorang lagi mengenakan kaos yg dilapisi jaket kulit hitam yg kepalanya botak terlihat dari kejauhan.
*****
Untungnya seorang berkepala botak berkulit putih berbadan besar memisahkan tangan temannya dari leherku. Dalam hati ku berkata kalau terlambat beberapa detik saja nyawaku mungkin sudah melayang dibuatnya.
*****
Aku seorang penjahat dituduh bertindak senonok dengan seorang wanita berumur 18 tahun. TERORIS CINTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar